22 October 2018 - Oleh Administrator
Kategori : Penelitian & Pengabdian pada Masyarakat
Seminar Internasional ISPBET 1st
20
Oktober 2018
Bertempat di
Hotel Neo, Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) menyelenggarakan Seminar
Internasional dengan tema The Power of Proximity Between East And West
Timor: Bridging the Social, Economic, Political and Cultural Gaps
(Proksimitas di antara Timor Timur dan Timor Barat: menjembatani celah Sosial,
Ekonomi dan Budaya) pada 20 Oktober 2018. Seminar yang digagas oleh Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNWIRA
ini merupakan Seminar Internasional pertama yang diselenggarakan oleh UNWIRA
pada tahun ini.
Seminar yang
mengkaji hubungan di antara dua wilayah yang memiliki kebudayaan asali yang sama
ini menghadirkan sejumlah pembicara sebagai Keynote Speakers yakni Dr. Manuel
Vong (Mantan Menteri Pariwisata Timor Leste), Prof. Dr. Olaf Schumann
(University Hamburg), Prof. Em. Dr. Karel Steenbrink (University Uttrecht Belanda),
Prof. Johannes Widodo (University of Singapore).
Dalam
sambutan pembuka, Rektor UNWIRA menjelaskan bahwa meskipun sejarah pembagian Pulau
Timor ke dalam Timor Barat dan Timor
Timur telah terjadi sejak zaman colonial Portugis dan Belanda, namun tetap penting
kita masa ini membangun dan menjembatani kembali kekerabatan antara kedua wilayah
ini Although Timor island was divided since colonial period until our modern
history, its people are still living in proximity and neighbourhood as kinfolk.
Theoretically, proximity is powerful to build up
relationships. However, we are coping with a reality that the people of Timor are
divided based on its social, cultural, and political history. Timor is divided into East and West. West
Timor, as part of East Nusa Tenggara Timur Province (NTT), now shares its history with
Indonesia. While East
Timor, which once was a Portuguese colony and later part of Indonesia, has different historical experience. This difference in experience in
the end created different sense of national identity among the West and East Timorese.
Sementara itu, Sesilia Sona, Kepala Kesbangpol NTT yang juga mewakili Pemprov mengungkapkan kedekatan antara dua wilayah: Timor Timur dan Timor Barat yang ditunjukkan dalam relasi perdagangan maupun sektor lainnya seperti pendidikan dengan digunakannya buku-buku pelajaran berbahasa Indonesia.
Selain para keynote speakers, seminar sehari ini juga menghadirkan pembicara lain di antaranya Dr. Norman Said dari Universitas Negeri Alauddin Makasar dan Romo Benny Juliawan, Ph.D dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta sejumlah dosen UNWIRA yang membawakan materi mereka pada kesempatan Parallel Session.