19 December 2022 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Pimpinan PT
Rektor UNWIRA Jadi Narasumber dalam Bedah Buku “Islam dan Pancasila”
Rektor UNWIRA Jadi Narasumber dalam Bedah Buku “Islam dan Pancasila”
UNWIRA - Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, Pater Dr. Philipus Tule, SVD., mengikuti dan menjadi salah satu narasumber dari kegiatan Bedah Buku yang berjudul “Islam dan Pancasila: Perspektif Maqashid Syari’ah Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D” pada Senin (19/12/2022). Kegiatan Bedah Buku ini diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia. Buku yang ditulis oleh Syaiful Arif ini dibedah di The Tribrata Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan. Kegiatan Bedah Buku ini melibatkan beberapa narasumber dari berbagai kalangan di Indonesia, seperti Prof. Dr. H. Wawan Wahyudin, M.Pd., Rektor UIN Sultan Maulana Hassanuddin Banten, Prof. Dr. H. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag., Direktur Analisis dan Penyelarasan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Dr. Muhammad Afifi, SH., MH., Dekan Fakultas Hukum UNUSIA, Dr. KH. Shofiyulloh, M.Ag., Dosen UIN Sunan Kalijaga, dan Suprapto, Wakil Sekretaris Jenderal III Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Baca juga: Rektor UNWIRA Melantik 44 Pejabat Struktural Universitas yang Baru
Dalam materinya, Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, memilih fokus pada dua aspek utama, yaitu isu pokok kajian penulis dan relevansi pemikiran bagi kehidupan beragama dan bernegara di Indonesia.
“Buku ini merupakan upaya penulis untuk mengembangkan wacana dialog keislaman dan kebangsaan yang ditempatkan dalam konteks usaha deradikalisasi pandangan keagamaan segelintir oknum radikalis yang cenderung mempertentangkan Islam dengan Pancasila sebagai falsafah dan dasar Negara Indonesia,” kata ahli dan dosen Filsafat Islam (Islamologi) yang menyelesaikan Program Doktoral-nya di The Australian National University, Canberra-Australia.
Buku yang berjudul “Islam dan Pancasila: Perspektif Maqashid Syari’ah Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D”, lanjut Pastor Serikat Sabda Allah (SVD) yang pernah menulis buku berjudul “Mengenal Kebudayaan Keo: Dongeng, Ritual, dan Organisasi Sosial”, merupakan upaya penulis untuk mengembangkan wacana dialog keislaman dan kebangsaan yang ditempatkan dalam konteks usaha deradikalisasi pandangan keagamaan segelintir oknum radikalis yang cenderung mempertentangkan Islam dengan Pancasila sebagai falsafah dan dasar Negara Indonesia.
Baca juga: Rektor Unwira Kupang Menguji Disertasi Kandidat Doktoral Unpar Bandung
“Saya menilai bahwa kajian penulis Syaiful Arifin ini sangat prospektif karena menjadikan Pancasila sebagai basis konseptual dalam proses deradikalisasi melalui penguatan Pancasila (baik pada tataran pemahaman maupun pelaksanaannya), terutama untuk segelintir umat Islam radikal yang memimpikan kembalinya Piagam Jakarta dan/atau revitalisasi sistem pemerintahan khilafah,” ungkap Rektor UNWIRA yang biasa disapa dengan Pater Lipus.
Lebih dari itu, Rektor UNWIRA yang sudah menjabat sejak tahun 2017 sampai tahun 2025 itu mengatakan bahwa buku yang berjudul “Islam dan Pancasila: Perspektif Maqashid Syari’ah Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D” juga membahas relasi Islam dengan Pancasila dilihat dari Maqasid Syariah (tujuan hukum-hukum Islam) sebagai metode kajian versi Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D (seorang filsuf dan ahli hukum Islam). Di sisi lain, menurut Pater Lipus, relasi itu mengacu pada konsep tentang Pancasila dan Tawhid integratif dan Pancasila sebagai praktik sehari-hari dari Maqashid Syariah.
Baca juga: Rektor UNWIRA Ungkap Peran Orangtua dalam Kemajuan Kampus
“Dalam kerangka Tawhid integratif, Yudian menegaskan bahwa Pancasila merupakan praktik dari integrasi ayat-ayat teologis ke dalam ayat-ayat kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Hal ini berangkat dari kesatuan nilai dalam Pancasila, di mana sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Tawhid) menjadi sumber dari sila-sila di bawahnya. Di sisi lain, dalam kerangka Maqahid Syariah, Pancasila merupakan praktik dari tujuan utama syariat Islam, baik hal-hal yang bersifat niscaya (dharuriyyat), kebutuhan (hajiyat) maupun yang ornamental (tahsiniyyat),” ujar Pater Lipus.
Membaca karya Syaiful Arif ini, tambah Pater Lipus, membawa saya pada pemikiran bernas dari Prof. KH Yudian Wahyudi, Ph.D yang utama tentang Maqashid Syari’ah.
“Dengan demikian, saya akhirnya tahu bahwa tujuan (Maqashid) Tuhan menetapkan Syari’ah ialah antara lain untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Singkatnya, bila ketiga tujuan (maqashid) itu yang bersifat primer (dharuriyah), sekunder (hajiyah), dan tersier (tahsiniyah) dilaksanakan dalam kesatuan yang saling menyokong untuk membangun hubungan teks Syari’ah dengan realitas sosial, maka semuanya itu dapat mewujudkan kemaslahatan dunia dan agama,” pungkas Pater Lipus.
Baca juga: Rektor UNWIRA Bangga dengan Terselenggaranya Rakernas APTARI di UNWIRA
(Oleh: Ricky Mantero, S.Fil)