28 February 2023 - Oleh Kantor Kerjasama

Kategori : Kerja Sama

UNWIRA dan Universitas Udayana Selenggarakan Kuliah Umum tentang Bahasa dan Kebudayaan


UNWIRA – Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang menyelenggarakan Kuliah Umum dalam kerja sama dengan Universitas Udayana Denpasar. Kuliah Umum bertajuk ‘Bahasa dan Kebudayaan: Perspektif Linguistik” itu diselenggarakan oleh tiga program studi di UNWIRA, yaitu Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Program Studi Ilmu Komunikasi, dan Program Studi Ilmu Filsafat dalam kerja sama dengan Program Studi Pascasarjana (S2 dan S3) Linguistik Universitas Udayana Denpasar.

Baca juga: BK DPR RI Perpanjang MoU dan Bawakan Kuliah Umum di UNWIRA

Kuliah Umum yang berlangsung di Ballroom St. Hendrikus, Gedung Rektorat Lantai IV, Kampus Penfui pada Selasa (28/2/2023) itu dihadiri oleh sejumlah dosen dan mahasiswa/i dari tiga Program Studi (Prodi) UNWIRA tersebut dan juga sejumlah dosen dari Universitas Udayana.

Dalam sambutannya, Dr. Aleksius Madar, M.Ed., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNWIRA, menyampaikan ucapan selamat datang kepada Prof. Dr. I Wayan Pastika, M. Si., selaku narasumber, dan kepada rombongan dari Universitas Udayana.

“Kuliah umum ini merupakan forum akademik. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, mahasiswa/i dari tiga Prodi penyelenggara seminar ini akan menimba dan mendapatkan insight baru,” kata Dr. Alex.

Dilanjutkannya pula bahwa para dosen dan mahasiswa/i perlu mencari relevansi keilmuan dari Kuliah Umum ini agar dapat dikembangkan di Prodi masing-masing. Menurut Dr. Alex, bahasa adalah bagian dari kebudayaan.

Baca juga: Menyambut Wisuda Periode I TA 2022/2023, UNWIRA akan Laksanakan Career Days

“Namun, kebudayaan itu hanya bisa dipahami melalui bahasa, apa pun bentuk dari kebudayaan tersebut. Jadi, dalam bahasa dan melalui bahasa, kita memahami kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu,” ungkap Dr. Alex.

Selepas sambutan pembuka dari Dekan FKIP UNWIRA, Tim Sosialisasi dari Universitas Udayana memberikan sosialisasi Prodi S2-S3 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Udayana. Dalam sesi tersebut, Tim Sosialisasi memberikan wawasan umum terkait profil dan kurikulum (Mata Kuliah) Linguistik yang dijalankan oleh Universitas Udayana, baik pada program Sarjana maupun pada program Pascasarjana.

“Prodi S2 dan S3 Linguistik memiliki empat konsentrasi, yaitu Linguistik Murni, Linguistik Terapan, Wacana Naratif, serta Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Untuk Prodi Pascasarjana, kami memiliki 44 dosen, di antaranya 20 orang Guru Besar dan 24 orang Doktor,” kata Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum., Koordinator Studi Linguistik Program Magister Linguistik Udayana.

Baca juga: Raih Status Akreditasi “Baik Sekali”, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Syukuri dengan Drama and Arts Performance

Seusai sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi Kuliah Umum.

“Saya senang sekali berada di sini. Topik ini sangat relevan untuk dibicarakan, setidak-tidaknya terhubung dengan tiga konsentrasi kuliah dari tiga Prodi penyelenggara kegiatan ini. Juga terkait dengan Filsafat Ilmu,” ungkap Prof. Pastika sebelum memulai presentasi materi.

Dalam presentasi materinya, Prof. Pastika menguraikan sejumlah teori dan konsep terkait bahasa dan kebudayaan. Menurutnya, bahasa itu mencerminkan pola pikir manusia.

“Bahasa merekam peristiwa dan sekaligus mentransformasikan peristiwa. Di samping itu, bahasa juga merupakan ekspresi simbol verbal yang didasarkan pada citraan mental yang tidak hanya ada dalam pikiran, tetapi juga dalam citra indra. Konstruksi pikiran direpresentasikan oleh konstruksi klausa,” lanjut Prof. Pastika.

Baca juga: PITP UNWIRA Selenggarakan Kuliah Umum Bertajuk “Bahaya Laten dan Pencegahan Kekerasan Seksual”

Untuk membantu peserta Kuliah Umum dalam memahami konsep tersebut, Prof. Pastika memberikan contoh tentang pemberitaan media. Prof. Prastika menggunakan rumusan (1) ‘Para mahasiswa/i yang berdemonstrasi ditembaki polisi’ dan rumusan (2) ‘Polisi menembaki mahasiswa/i yang berdemonstrasi’.

“Kedua rumusan yang berbeda tersebut merepresentasikan perhatian dan keberpihakan penulis berita. Pada rumusan pertama, fokusnya ialah mahasiswa/i. Sementara pada rumusan kedua, fokusnya ialah polisi yang menembaki mahasiswa/i. Rumusan kedua merepresentasikan perhatian penulis berita pada penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi,” kata Prof. Pastika, alumnus Doktoral Australian National University.

Baca juga: Nono Berprestasi, Unwira Beri Apresiasi

Prof. Pastika juga berbicara tentang bahasa dan identitas budaya. Bahasa yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang menggambarkan budaya yang dimiliki orang atau masyarakat tersebut. Kosakata itu sendiri berasosiasi dengan praktik budaya. Sebagai contoh, dalam kebudayaan Bali, perhitungan tentang ukuran ruang dan waktu menggunakan organ tubuh (tangan dan kaki). Hal itu berarti praktik kebudayaan yang ada di setiap daerah mengandung pengetahuan-pengetahuan tertentu yang perlu diungkapkan oleh para peneliti.

Dalam sesi diskusi, Ibu Paskalia Irene Jaga Lejap, SS., Tenaga Kependidikan UNWIRA, bertanya tentang topik penelitian Skripsi-nya, yaitu penelitian ‘kata-ulang’.

“Sewaktu mengerjakan skripsi untuk Sarjana Sastra di Universitas Katolik Sanata Dharma, saya membuat penelitian tentang ‘kata-ulang’ dalam bahasa Kedang, Lembata. Namun, masyarakat Kedang hanya familiar dengan budaya lisan, sehingga saya tidak menemukan dokumen tertulis yang mereka miliki tentang topik penelitian tersebut. Itu sebabnya, saya memilih mengganti topik penelitian skripsi. Jika saya melanjutkan penelitian itu, apa yang harus saya lakukan?” tanya Ibu Irene Lejap.

Baca juga: Kunjungi Mahasiswa/i KKNT-PPM di Desa Umatoos, Rektor Unwira Terima Laporan Temuan Baru

Menanggapi pertanyaan Ibu Irene Lejap, Prof. Pastika menegaskan pentingnya penelitian lapangan. Di samping itu, dia juga mengajak dan mendorong Ibu Irene Lejap untuk melanjutkan penelitian tersebut.

“Ini merupakan pertanyaan yang bagus. Kesulitan semacam itu bisa diatasi dengan memperhatikan cara mengonversi hasil wawancara ke dalam bentuk tertulis. Jadi, saat peneliti mewawancarai narasumber atau ahli budaya setempat, peneliti diharapkan untuk menulis hasil wawancara dan mencantumkannya pada bagian catatan sumber (daftar pustaka),” jawab Prof. Pastika, alumnus Magister Universitas Hasanuddin, Makassar.

Seusai Kuliah Umum, kegiatan dilanjutkan dengan Penandatanganan Kerja Sama antara Prodi Bahasa Inggris UNWIRA dan Prodi S2 dan S3 Linguistik Universitas Udayana. Penandatanganan dokumen kerja sama disaksikan oleh sejumlah dosen Prodi Bahasa Inggris UNWIRA bersama dengan dosen Prodi Linguistik Udayana.

Baca juga: Rektor Unwira Mengunjungi Mahasiswa/i KKNT-PPM di Desa Kolbano

Kegiatan Kuliah Umum diakhiri dengan sesi foto bersama. Seusai kegiatan tersebut, Prof. I Wayan Pastika bertatap muka dengan Rektor UNWIRA, Pater Dr. Philipus Tule, SVD. Dihubungi secara terpisah, Rektor UNWIRA yang biasa disapa Pater Lipus menyampaikan bahwa Prof. Pastika adalah teman kuliah di Australian National University.

(Penulis: Sarnus Joni Harto; Editor: Ricky Mantero)