16 March 2023 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Khusus Kampus
Lepas 552 Wisudawan/ti, UNWIRA Syukuri dengan Perayaan Ekaristi dan Acara “Ramah-Tamah”
UNWIRA – Pada Kamis (16/03/2023), Yayasan Pendidikan Katholik Arnoldus (Yapenkar) dan Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang menyelenggarakan acara pelepasan untuk 552 wisudawan/ti yang akan diwisuda sebagai Sarjana Angkatan LXVII dan Pascasarjana Angkatan XXXIX dalam Wisuda Periode I Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023.
Baca juga: Selenggarakan Career Days, UNWIRA Tekankan Etos Kerja
Bertempat di Aula St. Maria Immaculata, Kampus Penfui, acara pelepasan itu dihadiri oleh Ketua Pengurus Yapenkar, Pater Yulius Yasinto, SVD., MA., M.Sc., Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, para dosen UNWIRA, para tenaga pendidikan UNWIRA, perwakilan mahasiswa/i UNWIRA, dan orangtua wisudawan/ti.
Acara pelepasan itu dimulai dengan Perayaan Ekaristi Syukur yang bertema “Iman, Akal Budi, dan Budaya: Berakar dalam Kristus”. Perayaan Ekaristi Syukur itu dipimpin oleh Pater Dr. Stefanus Lio, SVD., MA., dosen Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling (BK).
Dalam kotbahnya, Pater Dr. Stefanus Lio, SVD., MA menyampaikan bahwa kebahagiaan yang dirayakan oleh wisudawan/ti, orangtua, pengurus Yapenkar, dan segenap Civitas Academica UNWIRA adalah buah perwujudan dari sikap mendengarkan.
“Para calon wisudawan/ti tidak akan sampai pada momen seperti ini apabila saudara/i tidak mendengarkan dan tidak taat pada setiap perintah dosen, orangtua, dan semua peraturan di UNWIRA. Sebab, mahasiswa/i yang tegar tengkuk dan degil hatinya tidak akan pernah menyelesaikan kuliah sarjananya. Mungkin dia hanya sampai pada “kulihat kampusku penuh dengan bunga, ada yang kuning dan ada yang putih”, tetapi kuliahnya tidak pernah selesai,” tutur Pater Stef, alumnus Magister dari University of Santo Thomas, Manila.
Baca juga: BK DPR RI Perpanjang MoU dan Bawakan Kuliah Umum di UNWIRA
Mungkin dan tentu saja, lanjut Pater Stef, ada di antara kalian yang pernah bersikap agak tegar tengkuk dan memasang punggung untuk tidak mendengarkan kata-kata dosen, kata-kata orangtua, kata-kata dari teman-teman, sahabat, atau segala sesuatu yang tertera dalam peraturan akademik UNWIRA, sehingga terpaksa “menikmati” masa kuliah lebih dari waktu normal.
“Atau jangan-jangan ada juga dosen yang tegar tengkuk untuk tidak mendengarkan dan memberikan perhatian pada mahasiswa/i bimbingannya, sehingga kita menemukan ada mahasiswa/i yang jatuh tempo, membutuhkan waktu tambahan atau perpanjangan waktu, sampai harus injury time untuk menyelesaikan kuliah,” ujar Pater Stef.
Baca juga: UNWIRA dan Universitas Udayana Selenggarakan Kuliah Umum tentang Bahasa dan Kebudayaan
Menurut Pater Stef, Perayaan Ekaristi Syukur itu juga menandakan ketaatan dan perwujudan iman wisudawan/ti, para dosen UNWIRA, dan orangtua pada penyelenggaraan Ilahi yang tak terhingga.
“Iman itu mendengarkan suara Tuhan dan menaati apa yang diperintahkan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan “Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus (Roma 10: 17)”. Dengan demikian, iman kita akan tetap terpelihara bila telinga dan hati kita terus terbuka untuk mendengarkan kebenaran Firman Allah. Telinga dan hati yang mendengarkan telah menjadikan saudara/i, tidak hanya beriman, tetapi juga berilmu. Hemat saya, ilmu lahir dari mendengarkan, sehingga Tuhan menciptakan kita dengan 2 (dua) telinga. Semakin mendengarkan, kita semakin berilmu. Sebab, mendengarkan adalah letak pembelajaran,” ungkap Pater Stef, Pastor SVD kelahiran Wolofeo pada 26 Desember 1973.
Kalian, tambah Pater Stef, belajar dari para dosen, termasuk dosen yang paling kejam dan jahat menurut persepsi mahasiswa/i UNWIRA.
“Dalam proses belajar mendengarkan untuk bisa berilmu, tentu di sana-sini Anda menjumpai kesulitan, tantangan, dan serumpunnya yang membuat kita tidak sanggup memahaminya. Di kala itu, iman datang menolong budi. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan terbaik bagi penyelesaian setiap persoalan yang kita hadapi,” kata Pater Stef.
Selepas Perayaan Ekaristi Syukur, acara pelepasan itu dilanjutkan dengan acara “ramah-tamah”.
Baca juga: Menyambut Wisuda Periode I TA 2022/2023, UNWIRA akan Laksanakan Career Days
Dalam sambutannya, Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, menyampaikan bahwa acara pelepasan ini merupakan salah satu kegiatan dari beberapa kegiatan yang dibuat menjelang Wisuda Periode I Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023.
“Menyambut Wisuda Periode I Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023, kita menyelenggarakan beberapa kegiatan, antara lain Career Days, Perayaan Ekaristi Syukur, dan Acara Pelepasan. Melalui acara pelepasan malam hari ini, kita mengungkapkan bahwa kita tidak melepaskan wisudawan/ti periode ini begitu saja. Kita selalu ada bersama mereka sampai detik terakhir. Sampai alumni berkarya di lapangan pun, kita tetap membangun relasi,” tutur Rektor UNWIRA yang biasa disapa Pater Lipus.
Kalian, lanjut Pater Lipus, akan diutus untuk menjadi duta-duta UNWIRA.
Baca juga: Nono Berprestasi, Unwira Beri Apresiasi
“Kalian diutus sebagai alumni UNWIRA dengan modal yang sama, yaitu iman, akal budi, dan budaya. Dengan demikian, kalian diutus ke tengah masyarakat karena kalian telah menjadi lulusan yang seimbang dalam iman, akal budi, dan budaya. Oleh karena itu, kalian terjun ke lapangan dengan membawa keutamaan-keutamaan dari UNWIRA. Kalian menjadi pewarta berita gembira kepada masyarakat luas tentang Unwira, termasuk untuk menyampaikan 2 (dua) Prodi baru, yaitu Prodi Teknologi Pangan dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dua Prodi baru ini perlu disampaikan kepada masyarakat, keluarga, dan adik-adik kalian,” tambah Pater Lipus, alumnus Doktoral dari The Australian National University.
Sementara itu, perwakilan orangtua wisudawan/ti menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yapenkar, Civitas Academica UNWIRA, dan semua pihak yang telah membimbing dan membantu wisudawan/ti sampai titik puncak pendidikan mereka di UNWIRA.
Baca juga: LLDIKTI XV Serahkan SK, Unwira Resmi Membuka Prodi PPG
“Kadang-kadang ada banyak anak kami yang malas, termasuk dengan membuat begitu banyak alasan untuk mengelabui orangtua. Untuk itu, sebagai orangtua, kami mohon maaf kalau anak-anak kami banyak melakukan hal-hal yang kurang berkenan kepada para dosen dan pegawai. Sekali lagi, atas nama orangtua, kami mohon maaf sebesar-besarnya,” pungkasnya.
(Penulis: Ricky Mantero)