18 March 2023 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Khusus Kampus
Mewisuda 552 Wisudawan/ti, UNWIRA Tekankan Peningkatan Kualitas Pendidikan NTT
UNWIRA – Dalam Wisuda Periode I Semester Ganjil Tahun Akademik (TA) 2022/2023, Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang mewisuda 552 wisudawan/ti pada Sabtu (18/03/2023).
Baca juga: Lepas 552 Wisudawan/ti, UNWIRA Syukuri dengan Perayaan Ekaristi dan Acara “Ramah-Tamah”
Bertempat di Aula St. Maria Immaculata, Kampus Penfui, acara wisuda itu dihadiri oleh Bapak Dr. Josef Nae Soi, MM., Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Ir. Emelia J. Nomleni, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi NTT, Prof. Dr. Adrianus Amheka, ST., M.Eng., Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XV (LLDIKTI XV), Pater Yulius Yasinto, SVD., MA., M.Sc., Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Katholik Arnoldus (Yapenkar), Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, Civitas Academica UNWIRA, dan orangtua wisudawan/ti.
Acara wisuda itu diawali dengan Orasi Ilmiah yang dibawakan oleh Bapak Dr. Reginaldo Christophori Lake, ST., MT., dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik UNWIRA. Di bawah judul “Mitos yang Memberi Makna Arsitektur”, Bapak Egi Lake menyampaikan bahwa saat ini, arsitektur global semakin tampak dan peran arsitektur lokal pun semakin kuat dalam karakteristik arsitektur.
Baca juga: Suara Para Mitra di Career Days UNWIRA Periode I 2023
“Konsep kemunculan peran lokal untuk penciptaan karakter arsitektur sejalan dengan konsep paradox-global Naissbit. Kekuatan globalisasi akan bergeser dan tertuju pada karakter-karakter lokal. Oleh karena itu, arsitektur sangat mendasar untuk kekekalan dan memberi makna identitas diri,” kata Bapak Egi Lake, alumnus Magister Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Dalam mempelajari arsitektur, lanjut Bapak Egi Lake, manusia harus memahami bahwa makna mitos merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Baca juga: Selenggarakan Career Days, UNWIRA Tekankan Etos Kerja
“Kemampuan manusia dalam memberikan makna mitoslah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dalam kebudayaan vernakular, aspek mitos masyarakat berisi konsep yang dimulai dari hutan adat atau alam yang dipengaruhi oleh sikap meminta izin, mengizinkan, dan diizinkan. Aspek mitos masyarakat vernakular selalu ditempatkan dalam konteks keseimbangan dan penghormatan, yang juga berarti penghormatan terhadap eksistensi atau keberadaan alam serta manusia manusia lain. Oleh karena itu, mempelajari ilmu tentang makna budaya dalam arsitektur menjadi sangat penting karena hal tersebut dapat meningkatkan nilai lingkungan dan kemanusiaan,” tutur Bapak Egi Lake, alumnus Doktoral Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Sementara itu, dalam sambutannya, Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, menyampaikan bahwa momentum wisuda periode ini menjadi indikator kesuksesan pemanfaatan teknologi canggih dan pembuktian ketahanan atau daya resiliensi UNWIRA di tengah pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi.
“Oleh karena itu, saya mengajak segenap Civitas Academica UNWIRA dan YAPENKAR, serta masyarakat untuk terus memberi dukungan demi pengembangan sarana dan prasarana Information and Technology (IT), sehingga kegiatan akademik di lembaga ini dapat berjalan dengan sukses,” ujar Pater Lipus, ahli dan dosen Filsafat Islam (Islamologi) yang menyelesaikan Program Doktoral-nya di The Australian National University, Canberra-Australia.
Selain itu, tambah Pater Lipus, kepercayaan Pemerintah Indonesia (melalui Kemendikbudristek) pada UNWIRA terus berlanjut dengan keluarnya Surat Keputusan pembukaan 2 (dua) Program Studi (Prodi) baru untuk TA 2023/2024, yaitu Prodi Teknologi Pangan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Prodi Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Baca juga: Buka Turnamen E-Sports UNWIRA, Ketua Panitia Sampaikan Beberapa Manfaat E-Sports
“Kita siap mendukung program perbaikan kualitas pendidikan dasar dan menengah di NTT. Kita akan memulai pada TA 2023/2024 ini dengan Prodi Teknologi Pangan dan Prodi PPG untuk Prodi Bimbingan dan Konseling, Prodi Pendidikan Kimia, dan Prodi Pendidikan Biologi dengan total calon guru bersertifikasi sebanyak 540 orang,” ungkap Pater Lipus, penulis buku berjudul “Mengenal Kebudayaan Keo: Dongeng, Ritual, dan Organisasi Sosial”.
Oleh karena itu, lanjut Pater Lipus, kualitas SDM dosen dan sarana prasarana fisik UNWIRA terus ditingkatkan. Menurut Pater Lipus, pada tahun 2022 sampai 2023 ini, UNWIRA telah memiliki 37 dosen bergelar Doktor dari Dalam dan Luar Negeri, serta 31 orang yang sedang menyelesaikan studi S3. Rencananya, kata Pater Lipus, untuk meraih UNWIRA yang terakreditasi unggul, 2 (dua) tahun lagi, yaitu pada tahun 2025, UNWIRA akan memiliki 100 Doktor dan seorang Profesor dari total 300 orang dosen.
Baca juga: Unika Atma Jaya, UNWIRA, dan AIFIS Selenggarakan Webinar Berbasis Bahasa dan Budaya
“Anda semua adalah wisudawan/ti yang sukses menyelesaikan pendidikan dengan spirit resilien atau sikap tak menyerah pada situasi pandemi Covid-19. Maka, tugas Anda selanjutnya ialah terus menjadi generasi muda dan alumni UNWIRA yang resilien, tangguh, unggul, kompeten, inovatif, kreatif, dan ikut mengatasi berbagai masalah urgen di NTT, seperti Stunting, kelaparan, dan kualitas pendidikan yang rendah. Kami yakin bahwa dengan spirit resilien, Anda dapat mewujudkan moto UNWIRA: Ut Vitam Habeant Abundantius (Supaya mereka memiliki kehidupan dalam kelimpahan - Yoh 10.10),” pungkas Pater Lipus.
Kemudian, Pater Yulius Yasinto, SVD., MA., M.Sc., Ketua Pengurus Yapenkar, mengatakan bahwa acara wisuda itu merupakan hasil kerja keras dari Pimpinan Universitas, para dosen, para tenaga kependidikan, dan orangtua wisudawan/ti.
Baca juga: BK DPR RI Perpanjang MoU dan Bawakan Kuliah Umum di UNWIRA
“Lembaga ini mendukung mimpi besar Pemerintah Provinsi NTT untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT, apalagi kalau itu menyangkut peningkatan disiplin dan pendidikan karakter dari mahasiswa/i dan anak-anak sekolah. Namun, kita bisa mendiskusikan lagi cara dan metodologinya, supaya kita bisa mendapatkan cara dan metodologi yang lebih tepat, lebih mendalam, dan lebih bisa diterima oleh masyarakat secara keseluruhan,” ungkap Pater Yul.
Selama ini, lanjut Pater Yul, UNWIRA diam karena UNWIRA tidak ingin berdiskusi secara liar di media sosial (medsos).
“Namun, kami tetap mengapresiasi, sembari mengharapkan diskusi yang lebih mendalam untuk metodologi dan caranya,” pungkas Pater Yul.
Sementara itu, menurut Pungky Widyaningtyas Permatasari, S.AP., perwakilan wisudawan/ti yang meraih IPK 3,82., UNWIRA menjadi tempat yang sangat baik untuk merasakan kesetaraan, inklusivitas, dan persatuan.
Baca juga: UNWIRA dan Universitas Udayana Selenggarakan Kuliah Umum tentang Bahasa dan Kebudayaan
“Saya tidak bisa memikirkan tempat yang lebih baik yang bisa saya pelajari semuanya, kecuali di sini. Kampus ini telah menjadi tempat untuk mendapatkan pengalaman yang luar biasa, perjumpaan yang membahagiakan, dan kadang meninggalkan rindu dan kegalauan. Di sini, kami belajar arti perjuangan menggapai impian, cita-cita, belajar untuk pantang menyerah, serta memberikan pelbagai pengorbanan dan menikmati semua konsekuensi yang kami alami,” ungkap wisudawati yang berasal dari Prodi Administrasi Publik itu.
Keberhasilan kami hari ini, tambah Pungky Widyaningtyas Permatasari, tidak lepas dari hasil bimbingan para dosen dan segenap Civitas Academica UNWIRA.
“Oleh karena itu, kami dituntut untuk menjadi duta UNWIRA yang KOMPLETE: Komunikatif, Profesional, Leader, Thinking Entrepreneur, dan Educator,” pungkas Pungky Widyaningtyas Permatasari.
(Penulis: Ricky Mantero)