06 May 2023 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Khusus Kampus
PISMA VII UNWIRA Resmi Ditutup, Peserta Lomba Evaluasi Keterlambatan Acara
UNWIRA – Setelah digelar selama kurang lebih 5 (lima) hari, PISMA VII secara resmi ditutup pada Sabtu (06/05/2023). Bertempat di Aula St. Maria Immaculata, Kampus Penfui, penutupan PISMA VII dihadiri oleh Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, Wakil Rektor III, Drs. Rodriques Servatius , M.Si., para dosen UNWIRA, para juri perlombaan, alumni UNWIRA, dan para peserta lomba dari beberapa Universitas di Indonesia.
Saat acara penutupan, para juara dari semua cabang lomba diumumkan. Salah satu peserta yang berasal dari Universitas Riau, Almuhaimin Kembara Elmarbuni, meraih juara satu dalam Lomba Bernyanyi Pop.
Pada kesempatan itu, Almuhaimin Kembara Elmarbuni atau yang biasa disapa Akel menceritakan perjalanan dan perjuangannya sampai meraih juara satu di perlombaan tersebut, khususnya untuk kategori pria.
“Untuk perlombaan ini, saya mendapatkan info dari grup lomba nasional. Saya kan gabung di grup itu toh dan info lomba ini di-share di grup itu. Awalnya, saya cuma iseng-iseng untuk daftar dan masukkan proposal. Apalagi, saya pikir ini kan sangat jauh. Alhamdulillah, proposal saya diterima dan saya bisa lolos ke sini,” tutur Akel.
Salah satu alasan saya, lanjut Akel, berambisisi untuk bisa ikut lomba Bernyanyi Pop di sini ialah karena Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang ingin saya kunjungi sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Saat saya tahu lomba ini ada di NTT, saya sangat berambisi untuk bisa lolos ke sini. Sesampainya di sini, saya merasa sangat bersyukur, bangga, dan senang bisa menginjakkan kaki di Kota Kupang. Semuanya sesuai dengan ekspektasi saya. Dengan demikian, perjalanan dan perjuangan saya ke sini yang cukup berat terbayar semuanya setelah saya mendapat piala ini,” ungkap Akel.
Baca juga: Rayakan Idul Fitri 1444 Hijriah, Mahasiswa/i Muslim UNWIRA Kunjungi Panti Asuhan
Akel juga menceritakan bahwa saat hendak ke Kupang, dia kewalahan karena terlambat memesan tiket pesawat.
“Jadi, dari Riau ke Lampung, saya naik bus selama 2 (dua) malam 1 (satu) hari. Dari lampung ke Jakarta, saya memakai kapal laut selama 2 (dua) jam. Lalu, dari Jakarta ke Kupang, saya naik pesawat. Dengan perjalanan dan perjuangan yang begitu panjang dan luar biasa, saya sangat bersyukur karena perjuangan saya ke sini tidak sia-sia,” sambung Akel.
Harapannya, lanjut Akel, PISMA ini akan selalu ada terus ke depannya dan bahkan bisa menjadi lebih baik lagi.
Baca juga: Mewisuda 552 Wisudawan/ti, UNWIRA Tekankan Peningkatan Kualitas Pendidikan NTT
“Salah satu hal yang ingin saya koreksi ialah soal keterlambatan acara yang bisa molor sampai 2 (dua) jam. Harapannya bisa diperbaiki lagi. Tapi, selebihnya menurut saya, semuanya sudah sangat keren. Apalagi PISMA ini diselenggarakan oleh BEM dan berlevel nasional, serta acaranya sudah sebagus ini. Saya sangat mengapresiasinya. Untuk para peserta yang lain, mereka harus tetap semangat dan berlatih terus,” pungkas Akel.
Senada dengan Akel, Videlis Rinto Baro Kaleka, peraih juara satu Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI), mengatakan bahwa dia dan kawan-kawannya dari Tim Universitas Nusa Cendana A (UNDANA A) tidak menduga dan percaya bahwa mereka bisa menggapai juara satu dalam lomba tersebut.
Baca juga: Mahasiswa/i Muslim UNWIRA Selenggarakan Halal Bihalal Idul Fitri 1444 Hijriah
“Kami senang karena awalnya kan datang hanya untuk mencoba, tetapi akhirnya bisa mendapatkan juara satu. Apalagi ini merupakan kesempatan pertama bagi kami untuk mencoba mengikuti LDBI. Puji Tuhan, kami bisa menang, walaupun kemenangan ini tak diduga dari awal,” tutur Videlis Kaleka, mahasiswa UNDANA, Prodi Psikologi, Semester VI.
Harapannya, lanjut Videlis Kaleka, kami bisa belajar lebih banyak karena hari ini mungkin kami menang dan mungkin ada hal-hal yang masih perlu dipelajari ke depannya, supaya kami bisa menjadi lebih baik lagi.
Baca juga: Mahasiswa/i Muslim UNWIRA Kunjungi Panti Asuhan Katolik Sonaf Maneka Kupang
“Dari LDBI ini, kami belajar bukan hanya untuk berdebat, melainkan belajar untuk menyusun argumentasi dan menyampaikan pendapat. Dengan demikian, saya sungguh merasakan bahwa LDBI itu bukan hanya soal perdebatan, melainkan juga diskusi, sehingga ada aspek-aspek atau pelajaran yang kami dapat dan pelajari dari teman-teman diskusi,” ungkap Videlis Kaleka, alumnus Seminari Sinar Buana, Sumba.
The last but not least, saya berharap, sambung Videlis Kaleka, tema-tema yang diusung PISMA ke depannya semakin relevan karena tema tahun ini juga sangat relevan.
“Tolong perbaiki hal-hal yang masih kurang, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan ketepatan waktu acara dan perlombaan karena keterlambatan itu sangat mempengaruhi psikologi para peserta lomba dan keterlambatan itu bisa menjadi persoalan bagi para peserta lomba,” pesan Videlis Kaleka.
(Penulis: Ricky Mantero)