14 June 2024 - Oleh Kantor Kerjasama

Kategori : Kegiatan Khusus Kampus

Jalin Kerja Sama dengan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, FKIP UNWIRA Gelar Kuliah Umum


UNWIRA - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendiddikan (FKIP) Universitas Katolik Widya Mandira mengadakan kuliah umum dengan tema “Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran: Tantangan dan Strategi", pada Jumat (14/06/2024) di Aula St.Hendrikus, Lt.4, Gedung Rektorat UNWIRA.

Kuliah umum ini merupakan salah satu bentuk implementasi kerja sama antara FKIP UNWIRA dengan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama.

Baca Juga: Mahasiswa FKIP UNWIRA Adakan KKN di Desa Penfui Timur

Dalam sambutannnya, Dekan FKIP, Dr.Madar Aleksius, M.Ed., menyampaikan apresiasinya kepada UST atas kontribusinya memberikan kuliah umum dengan tema yang sangat relevan dengan situasi zaman ini.

"Kami menyampaikan terima kasih kepada UST karena kuliah umum hari ini mengangkat tema yang sangat aktual dan relevan bagi mahasiswa yang semakin sering menggunakan Artificial Intelligence dalam perkuliahan," ujarnya.

Baca Juga: Tutup MBKM Internasional di Timor Leste, Mahasiswa Prodi Pendidikan Musik Selenggarakan Pentas Seni

Dr. Madar Aleksius juga mengungkapkan harapannya agar kerja sama dengan UST tidak hanya terbatas pada kuliah umum, tetapi juga mencakup pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian bersama, serta kegiatan akademik lainnya yang dapat memperkaya pengalaman akademik kedua belah pihak.

Kuliah umum ini menghadirkan Wakil Rektor IV UST, Dr. Silvester Goridus Sukur, M.Pd., CIQaR., sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, Dr. Silvester menjelaskan peran penting AI dalam pembelajaran di era modern.

"Kita hidup di zaman modern yang perkembangan ipteknya sudah maju, kalau AI bisa dimanfaatkan untuk membantu kita dalam pembelajaran, mengapa tidak?," terangnya

Meskipun demikian, ia menekankan pentingnya melihat AI hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti sepenuhnya peran manusia dalam proses belajar-mengajar, serta menghindari ketergantungan kepada AI.

"Kamu boleh menggunakan AI, tapi kamu juga harus ikut campur tangan. Bukannya malah mengambil hasil kerja AI dan langsung memberikannya kepada dosen. Di situlah letak kecerdesan manusia," jelasnya.

Lebih lanjut, Dr. Silvester menegaskan bahwa AI tidak bisa menandingi manusia meskipun memiliki kemampuan berpikir, memahami, dan berinteraksi yang mirip dengan manusia.

"AI memang sangat pintar dan canggih dalam mengatasi suatu masalah, tetapi ada yang tidak bisa dilakukan oleh AI, yaitu didikan karakter," ujarnya.

Ia menekankan bahwa kehidupan tidak hanya memerlukan kecerdasan, tetapi juga moralitas yang baik.

(Penulis: Berti Rinha; Editor: Yosefa Saru)




https://iainpalopo.ac.id/https://perbarindo.org/https://itj.jakartamrt.co.id/https://www.delejcotebavi.com/https://karir.itb.ac.id/https://heartlandcomputer.com/https://www.beritabadung.id/https://www.bsn.go.id/https://kan.or.id/