04 August 2024 - Oleh Kantor Kerjasama

Kategori : Penelitian & Pengabdian pada Masyarakat

Mahasiswa Kimia FST Unwira Kunjungi TPA Bunga Bali Waijarang


UNWIRA - Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) melakukan kunjungan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bunga Bali Waijarang yang berlokasi di wilayah Desa Waijarang, pada Kamis (01/08/2024). TPA tersebut berada dalam pengelolaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lembata, dan menjadi lokasi pembuangan sampah warga Kota Lewoleba dan desa-desa di sekitarnya. 

Kunjungan mahasiswa Prodi Kimia FST UNWIRA bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Gerardus D Tukan, S.Pd., M.Si., tersebut merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang telah dijalankan sejak 17 Juli 2024.

Baca Juga: Kerja Sama antara Mahasiswa UNWIRA dan Mahasiswa IAKN untuk Pelestarian Lingkungan di Desa Noinbila

Kepala Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Lembata, Christianus Rimbaraya, S.E., M.M., menerima rombongan Prodi Kimia UNWIRA di lokasi TPA. Turut hadir Kepala Desa Waijarang, Anwar Bunga Tokan, S.Pd., Kabid Pengelolaan Limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, Israfil Teba, S.T., dan Staf Pelaksana atau Operator Eksa TPA, Hironimus Pureklolon serta sejumlah staf dari DLH Kabupaten Lembata.

Mahasiswa Prodi Kimia FST UNWIRA dibawa berkeliling landfill atau area tempat pembuangan akhir yang berbentuk bak dengan ukuran 1000 m3 yang digunakan untuk pengolahan sampah rumah tangga dengan sistem sanitary landfill. Sistem sanitary landfill merupakan metode pengelolaan atau pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di dalam sebuah lokasi cekung, kemudian dipadatkan dan ditimbun dengan tanah. 

Dalam kunjungan tersebut, Kepala Dinas DLH, Christian Rimbaraya, menjelaskan tentang instalasi yang telah dibangun dan sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan bebagai sarana atau instalasi yang telah dipasang. 

Baca Juga: Program KKN FST UNWIRA Tingkatkan Literasi Siswa di Waijarang

“Pada bak penimbunan sampah, terpasang pipa secara horizontal (berbaring di dasar bak) untuk mengalirkan cairan hasil fermentasi atau penguraian sampah organik yang disebut air lindi. Air lindi ini akan masuk ke dalam pipa dan dialirkan ke luar dari bak penampungan sampah menuju bak-bak pengolahan air lindi yang terdapat di sisi Barat bak penampungan sampah. Air lindi hasil fermentasi sampah organik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair dan dapat pula diolah untuk menjadi media pemeliharaan ikan,” terangnya.

Di dalam bak penampungan sampah fermentasi sampah, sambungnya, terpasang pula 3 unit pipa yang berdiri secara vertikal.  Ketiga pipa tersebut menjadi saluran gas hasil fermentasi, yakni gas metana (CH4), yang dapat dimanfaatkan sebagai gas bahan bakar. 

Usai mengelilingi bak penampungan sampah, mahasiswa peserta KKN diajak melihat beberapa sarana mesin pencacah sampah plastik yang dimiliki oleh TPA Bunga Bali Waijarang. Kepada para mahasiswa, Kepala Dinas DLH dibantu oleh Kabid Pengelolaan Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup, serta Operator Eksa TPA, menjelaskan tentang pencacahan terhadap botol plastik kemasan oli yang harus dipisah antara satu warna dengan warna yang lain. 

“Botol hasil cacah yang dikirim atau dijual ke Surabaya, harus dalam posisi tidak tercampur dari berbagai warna. Harus terpisah,” jelas Christian.

Mengakhiri kunjungan ke TPA Bunga Bali Waijarang, Kadis DLH mengemukakan bahwa saat ini pihkanya sedang mengupayakan untuk melengkapi berbagai sarana prasarana (sarpras) unit pengelolaan sampah. Kepada para mahasiswa, ia berpesan untuk turut membantu mengkampanyekan pada masyarakat tentang pentingnya memilah sampah di tempat penampungan sampah dan membuang sampah di tempat yang telah disediakan oleh DLH guna diangkut secara teratur ke TPA. 

“Terkait penanganan sampah ini, kami sangat membutuhkan peranan kampus sebagai salah satu bagian dari pentahelix pembangunan,” pungkasnya. 

(Penulis: Yosefa Saru)