06 May 2025 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Khusus Kampus
Prodi Matematika Selenggarakan Kuliah Umum Bertajuk "Literasi Digital di Era Akal Imitasi"
UNWIRA - Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Katolik Widya Mandira, menggelar kegiatan kuliah umum bertajuk "Literasi Digital di Era Akal Imitasi", pada Selasa (06/05/2025), di Aula Hendrikus, Lt.4, Gedung Rektorat.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yakni Fransiskus Pati Herin (Wartawan Kompas) dan Stefanus Atawolo (Guru SMPK St. Yoseph Naikoten dan Trainer GASING di Kota Kupang). Keduanya merupakan Alumni Prodi Pendidikan Matematika UNWIRA.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Aloysius Joakim Fernandez, S.Si., M.Si., yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran narasumber. Ia menekankan pentingnya kegiatan seperti ini sebagai wadah pembelajaran dari para alumni yang telah mengaplikasikan ilmu matematika dalam profesi yang beragam.
Baca Juga: PISMA XI UNWIRA Resmi dibuka
Ia juga menekankan bahwa pendidikan matematika memberikan dasar berpikir logis dan terstruktur yang relevan dalam menjawab tantangan era digital.
“Dalam pendidikan matematika, logika algoritma tertata dengan baik. Ketika kita mempelajarinya, hal tersebut akan berdampak pada aspek lain dalam kehidupan,” katanya.
Lebih lanjut, Aloysius mendorong para dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan luaran akademik dari kegiatan ini yang bermanfaat. Ia menyebut karya-karya seperti buku atau artikel Ilmiah tidak hanya membantu mahasiswa mengembangkan kemampuannya, tetapi juga dapat mendukung akreditasi prodi.
Dalam paparannya, Fransiskus Pati Herin, membahas penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang dinilai merambah hampir ke seluruh sektor saat ini. Namun, ia menggarisbawahi bahwa meskipun teknologi seperti ChatGPT membawa kemudahan, terdapat pula potensi penyalahgunaan dalam bentuk manipulasi visual, pelanggaran hak cipta, dan penyebaran disinformasi melalui gambar dan narasi buatan AI.
“Komputer memang dirancang untuk memahami bahasa manusia, sehingga dapat membantu mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kita juga harus menyadari bahwa ia bisa digunakan untuk memanipulasi informasi,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pemanfaatan AI secara berlebihan dapat mengurangi daya pikir kritis individu. Dalam konteks jurnalistik, ia mencontohkan bagaimana kemampuan logika dan berpikir sistematis yang diperoleh dari pendidikan matematika membantunya dalam menganalisis data serta memprediksi fenomena sosial-ekonomi, seperti dinamika pertanian yang berdampak pada perekonomian nasional.
Baca Juga: UNWIRA Gelar Latihan Intensif Paduan Suara Menuju Pemecahan Rekor MURI
Lebih lanjut, Fransiskus menjelaskan kontribusi pendidikan matematika dalam profesinya sebagai wartawan. Menurutnya, pola pikir sistematis dan logis yang diperoleh selama menempuh studi matematika sangat membantu dalam proses kerja jurnalistik, terutama dalam jurnalistik modern yang tidak hanya menggambarkan fakta yang terjadi, tapi turut memprediksi.
Sementara itu, Stefanus Atawolo, menjelaskan penerapan metode GASING (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan). Metode ini menggunakan konsep konkret (nyata), abstrak (simbol angka), mencongkak (menghitung di luar kepala) yang merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat belajar secara lebih mendalam dan efektif.
Stefanus juga menjelaskan dalam menggunakan metode GASING, ada beberapa kecakapan yang turut ditanamkan kepada siswa, yakni kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, perhitungan, budaya, kasih sayang, dan karakter. Dengan demikian, siswa tidak hanya dilatih berhitung, tapi juga dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam era digital saat ini.
Selama sesinya, Stefanus mengajak mahasiswa untuk turut mempraktikkan beberapa teknik pembelajaran dalam GASING, sehingga dapat digunakan kelak saat mahasiswa menjadi seorang Guru.
(Penulis: Yosefa Saru)