P. Dr. Philipus Tule, SVD
Rektor UNWIRA
- Periode 2021-2025
Suara Rektor UNWIRA
Yth: Bapak Wakil Gubernur NTT, Bpk Kepala LLDikti Wil XV Kupang; Bapak2 Pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah NTT; Ketua DPRD Prop NTT; Pimpinan PT anggota APTIK dan Pimpinan PT se-kota Kupang yg hadir secara virtual dan offline; Badan Pembina, Pengawas, Ketua dan Pengurus Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus; Senat Akademik Unwira, Para Wakil Rektor, Dekan, Kaprodi, para dosen, Kepala Unit dan Biro, para pegawai dan mahasiswa; Para mitra kerja dan para wartawan / jurnalis berbagai media online dan media cetak.
Puji Tuhan bahwa kita semua masih diberkati dan dilindungiNya pada masa pandemi Covid-19 ini dengan kesehatan yang baik, sehingga kita bisa hadir secara online dan secara offline pada acara pelantikan saya sebagai Rektor Unwira, periode 2021 – 2025. Terima kasih kepada Senat Akademik Unwira dan Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus yang masih mempercayai saya memimpin Unwira untuk periode kedua, meski dipandang dari segi usia saya bisa tergolong orang yang rentan terhadap cap alz-heimer ataupun gerontokrasi (atau regime para pemimpin usur). Namun karena dukungan berbagai pihak yang bersemangat muda, saya masih dinilai mampu untuk menakodai bahtera Unwira pada periode empat tahun ke depan.
Menurut pendapat umum bahwa usia produktif manusia berkisar antara 40 – 50 tahun. Tapi ada penemuan lain yang menandaskan bahwa (bdk. The New England Journal of Medicine 2020 dan Angus McIntyre dalam Aging and Political Leadership, 1988) level terbaik usia hidup manusia adalah 60 – 80 tahun. Pada usia seperti itu, jumlah myelin meningkat 30% dan neuron otak tak mati karena mereka tidak focus lagi pada hal-hal sepele tapi yang menggunakan otak kiri dan kanan secara seimbang. Otak mereka lebih fleksible sehingga dapat mengambil berbagai keputusan yang tepat dan bijak. Maka tak heran bahwa dunia memiliki banyak pemimpin sukses pada usia senja seperti: Mao Zedong (di Cina dengan Revolusi Kebudayaannya), Kemal Ataturk (di Turki dengan ide Modernisasi-nya), Pimpinan Gereja Katolik Roma seperti Paus Benediktus dan Paus Fransiskus, serta Wakil Gubernur NTT bapak Yosef Naisoi, dan saya sendiri, dll.
Dengan tetap menimba inspirasi dari Alan Deutschman dalam bukunya Change or Die: Three Keys in changing Life (2007), saya yakin akan pentingnya aktivitas berpikir, merasa dan bertindak (think, feel and act) atau dalam three critical keys yakni: relate, repeat, and reframe Lembaga UNWIRA tetap konsisten dalam penerapan standar mutu dan Pelaksanaan Tri Dharmanya, di tengah era disrupsi, baik oleh teknologi canggih (Revolusi Industri 4.0) maupun oleh pandemi Covid-19.
Dalam era disrupsi (gangguan) seperti itu dan dalam kerja sama yang baik dengan semua komponen civitas academica Unwira dan Yapenkar, kita bisa menghantar UNWIRA sesuai dengan panduan pada Peraturan Menteri Ristek dan Dikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Renstra Unwira 2017 – 2021. Kurikulum kita akan tetap mengacu pada Kerangka Kwalifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang telah dimulai sejak semester gasal TA. 2017/2018, dan mengikuti renstra UNWIRA 2021 – 2026. Dengan berbagai keterbatasan sarpras IT dan diterpa lagi oleh pandemi Covid-19 kita dipaksa untuk menjalankan Tri Dharma secara online/daring, dan juga terkadang secara Blended Learning (campuran antara online dan offline). Meski dengan banyak keluhan dari mahasiswa dan dosen, tokh semuanya bisa berjalan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Namun, penerapan standar Penelitian, sebagaimana nampak dalam turunnya jumlah judul penelitian dan rendahnya daya serap anggaran pada TA 2020 sungguh memperihatinkan. Dengan minimnya penelitian maka tak vanyak kita menghasilkan publikasi baik terindek scopus maupun SINTA, tak ada paten dan buku ajar. Oleh karena itu, ke depan kita harus bersama lebih serius meningkatkan kinerja penelitian dan publikasi.
Peningkatan mutu Pengembangan SDM baik fungsional maupun struktural tetap terrencana. Program Dosen studi lanjut ke S-3 terus berjalan. Ada yang telah kembali pada waktunya sehingga kita telah memiliki 36 Dosen S3 (yang seharusnya 50-an S3 untuk 21 Prodi). Rasio dosen mahasiswa di setiap prodi terus membaik; animo mahasiswa baru pun fluktuatif; prosentase kelulusan tepat waktu terus meningkat di setiap prodi. Program pertukaran pelajar melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tetap dilakukan dan meningkat jumlahnya (TA ini ada 29 mahasiswa inbound yang datang dari 14 Perguruan Tinggi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi yang mengambil Mata Kuliah di UNWIRA; serta 30 mahasiswa Unwira yang outbound (pergi keluar dan mengambil Mata Kuliah) di 30 PT di seluruh Indonesia. Pembukaan Prodi baru tetap dicanangkan dan didukung, khususnya prodi Antropologi Budaya dan Agama, Teknologi Pangan dan Prodi Guru Komputer di FKIP untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kwalitas SDM (generasi muda) NTT di bidang IT. Semua program dan aktivitas itu dilaksanakan agar Unwira bisa tampil sebagai salah satu PTS yang maju dan bermutu di NTT dan Indonesia. Semua program dan aktivitas yang telah dilaksanakan pada periode pertama itu telah dirumuskan dalam MEMORI AKHIR JABATAN Periode 1 (2017 – 2021) yang juga saya serahkan kepada Pater Ketua Yapenkar pada akhir sambutanku ini.
Demi kesuksesan program saya dan Unwira untuk periode berikut, saya tetap membutuhkan dukungan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah NTT, Kepala LLDikti Wil XV Kupang, rekan2 pimpinan PT di NTT sehingga kita secara bersinergi dapat meningkatkan kwalitas Pendidikan Tinggi di NTT dan berkontribusi bagi pembangunan masyarakat NTT. Terima kasih kepada semua pihak yang telah dan senantiasa mendukung kepemimpinan saya. Atas segala kekuranganku mohon dimaafkan. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua. Sekian dan Terima kasih.
Kupang, 24 September 2021
Rektor UNWIRA
P. Dr. Philipus Tule, SVD