18 August 2022 - Oleh Kantor Kerjasama
Kategori : Kegiatan Khusus Kampus
Memulai PKKMB T.A 2022/2023, Rektor Unwira Kupang Menyampaikan Sejarah, Visi-Misi, Revolusi Mental, dan Tata Kromo Unwira
Memulai PKKMB T.A 2022/2023, Rektor Unwira Kupang Menyampaikan Sejarah, Visi-Misi, Revolusi Mental, dan Tata Kromo Unwira
UNWIRA - Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa/i Baru (PKKMB) Tahun Akademik 2022/2023 Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang diawali oleh perayaan ekaristi bersama di Aula St. Maria Immaculata pada Kamis (18/08/2022). Perayaan ekaristi itu dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Dr. Philipus Tule, SVD.
Selepas perayaan ekaristi, PKKMB yang bertema “Menjadikan Mahasiswa/i Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Tangguh, Unggul, dan Memerdekakan” ini dilanjutkan dengan materi dari Rektor Unwira yang berjudul “Sejarah, Visi-Misi, Revolusi Mental, dan Tata Krama Unika Widya Mandira”. PKKMB itu diikuti oleh 1668 mahasiswa/i baru.
Pada kesempatan yang pertama, Rektor Unwira yang biasa dipanggil Pater Lipus memaparkan “Sejarah Pendirian Unwira dan Makna Namanya”.
“Unwira didirikan pada tanggal 24 September 1982 oleh Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus (Yapenkar). Rektor Pertama Unwira ialah P. Dr. Herman Embuiru, SVD (1982 – 1992),” kata P. Dr. Philipus Tule, SVD., selaku Rektor Unwira sejak 2017 sampai 2025.
Pada kesempatan yang kedua, Pater Lipus menyampaikan Visi-Misi Unwira sejak tahun 2021 sampai 2025.
“Visi Unwira dari tahun 2021 sampai 2025 ialah menjadi Komunitas Pendidikan dan Komunitas Ilmiah yang unggul dan kreatif, berdasarkan nilai-nilai kristiani, berwawasan global, dan berakar pada budaya lokal. Visi itu dijabarkan dalam 6 (enam) misi, di antaranya (1) Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi berdasarkan standar-standar yang berlaku; (2) Mengembangkan tata kelola yang professional dan taat asas dalam rangka meningkatkan daya saing institusional; (3) Mewujudkan spiritualitas Sang Sabda menurut kesaksian St. Arnoldus Janssen; (4) Mengembangkan dialog yang terbuka dan membangun jejaring kerja sama secara lokal, nasional, dan internasional; (5) Menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter unggul, kreatif, dan inovatif; (6) Menggali kearifan lokal dan mengembangkan budaya masyarakat NTT,” tutur ahli dan dosen Filsafat Islam (Islamologi) yang menyelesaikan Program Doktoral-nya di The Australian National University, Canberra-Australia.
Kemudian, Pastor SVD yang pernah menulis buku berjudul “Mengenal Kebudayaan Keo: Dongeng, Ritual, dan Organisasi Sosial” itu berbicara tentang Revolusi Mental.
Menurut Pater Lipus, sejak dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 12 tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) pada tanggal 5 Desember 2015, Revolusi Mental digadang-gadang oleh Pak Jokowi (Presiden RI) sebagai tumpuan dan harapan untuk melakukan perubahan di dalam kehidupan masyarakat, baik dalam hal cara pikir (mentalitas) maupun dalam perilaku. GNRM bertujuan untuk mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan berkarakter.
Selain itu, lanjut Rektor Unwira yang sedang menjalani masa jabatan dalam periode keduanya, menegaskan bahwa Revolusi Mental mendorong warga Indonesia untuk mengenal karakter orisinal bangsanya yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut Pastor yang lahir pada 23 Maret 1953 itu, Revolusi Mental ini juga menjadi spirit untuk membangun pendidikan dengan jiwa merdeka belajar.
“Dalam konteks kehidupan civitas academica Unwira (dan khususnya mahasiswa baru), praktik Revolusi Mental bertujuan untuk menjadikan diri sebagai manusia yang berintegritas, disiplin, bekerja keras, dan memiliki semangat gotong royong. Revolusi Mental juga merupakan suatu gerakan untuk menggembleng civitas academica Unwira dalam usaha menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, dan bersemangat Ut vitam habeant abundantius (agar mereka memiliki hidup, dan memilikinya dalam kelimpahan),” ungkap Pastor yang lahir di Kolinggi, Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Pada bagian akhir, Rektor Unwira berbicara tentang Tata Kromo Unwira.
“Menjaga marwah atau nama baik UNWIRA adalah suatu hal yang wajib hukumnya. Untuk itu, semua civitas academica harus memegang Tata Kromo Unwira sebagaimana diatur dalam Pedoman Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan UNWIRA 2021, halaman 88 tentang Pedoman Peraturan Mahasiswa, khususnya tentang Panca Tertib UNWIRA sebagai berikut: Tertib Administrasi, Tertib Perkuliahan, Tertib Lingkungan, Tertib Busana, dan Tertib Pergaulan,” tegas Pater Lipus.
Dalam sesi diskusi, Fr. Yosep, calon mahasiswa baru Fakultas Filsafat, menanyakan tentang pola pembentukan yang dibuat oleh Unwira utk membentuk sisi emosional mahasiswa/i Unwira.
“Di Unwira, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dibentuk. Ada macam-macam mata kuliah yang bisa membentuk semuanya itu, termasuk matematika, psikologi, dan lain-lain. Semua itu juga menjadi tantangan untuk para dosen. Semua dosen dituntut untuk memperhatikan semua aspek itu,” jawab Pater Lipus.