13 September 2022 - Oleh
Kategori :
BPOM Provinsi NTT Teken MoU dengan UNWIRA
BPOM Provinsi NTT Teken MoU dengan UNWIRA
Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, pada Selasa (13/09/2022). Penandatanganan MoU itu dilakukan di Ruang Rapat Rektorat, Lantai II Gedung Rektorat UNWIRA, Jalan San Juan No. 1 Penfui Timur, Kupang Tengah. Dalam kegiatan itu, UNWIRA diwakili oleh Pater Dr. Philipus Tule, SVD., selaku Rektor UNWIRA, Bapak Drs. Stefanus Stanis, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Ibu Dr. Priscilla M. Assis Hornay, M.Ed., selaku Kepala Kantor Kerja Sama dan Pusat Pengembangan Karier, serta beberapa dosen dan pegawai UNWIRA. Sementara itu, BPOM diwakili oleh Bapak Tamran Ismail, S.Si., MP., selaku Kepala BPOM Provinsi NTT, Bapak Imanulkhan, STP., M.Sc., dan pegawai BPOM NTT lainnya.
Dalam sambutannya, Rektor UNWIRA yang biasa disapa Pater Lipus mengatakan bahwa penandatanganan MoU itu bertujuan untuk membantu menyehatkan, menjaga, dan melindungi kesehatan masyarakat NTT.
“BPOM kan bertujuan untuk membantu pemerintah dalam usaha menyejahterakan masyarakat. Makanya, dengan motto Ut Vitam Habeant Abundantius, kami juga berusaha untuk membantu orang yang ada di sini dan masyarakat luas pada umumnya untuk memiliki hidup yang sehat secara jasmani dan rohani. MoU ini merupakan dukungan kita terhadap pemerintah dan masyarakat untuk menyejahterakan serta menjaga hal-hal yang dapat membahayakan kehidupan masyarakat NTT,” kata Rektor UNWIRA yang menjabat dari tahun 2017 sampai tahun 2025.
Menurut ahli dan dosen Filsafat Islam (Islamologi) yang menyelesaikan Program Doktoral-nya di The Australian National University, Canberra-Australia itu, ada banyak makanan, obat-obatan, dan sejenisnya di NTT yang sudah kedaluwarsa selama beberapa waktu terakhir. Makanan, obat-obatan, dan sejenisnya yang kedaluwarsa itu, menurut Rektor UNWIRA, tersebar di masyarakat.
“Temuan itu memberikan awasan kepada kita untuk berhati-hati terhadap makanan, obat-obatan, dan sejenisnya yang sudah kedaluwarsa. Kita juga bisa membantu para mahasiswa/i dan dosen, serta pegawai untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang semuanya itu, supaya masyarakat senantiasa hati-hati dengan makanan yang kita beli di pelbagai pusat perbelanjaan,” ujar Pastor SVD yang pernah menulis buku berjudul “Mengenal Kebudayaan Keo: Dongeng, Ritual, dan Organisasi Sosial” itu.
Baca juga: UNWIRA Bangun Kerja Sama Internasional dengan SMK Timor Leste
Terhadap Dekan FMIPA dan segenap civitas academica UNWIRA yang sempat hadir, Pater Lipus mengharapkan agar FMIPA pada khususnya dan UNWIRA pada umumnya bisa memproduksi makanan, obat-obatan, dan sejenisnya yang bergizi dan sehat untuk membantu kesejahteraan masyarakat NTT.
“MoU ini harus dilaksanakan dengan aneka kegiatan konkret. Sebab, MoU ini akan jadi hal yang baik jika mampu mengembangkan banyak kegiatan konkret di lapangan. Untuk itu, FMIPA UNWIRA harus berusaha untuk memproduksi makanan dan obat-obatan yang sehat dan bergizi,” ungkap Pater Lipus.
Sementara itu, Tamran Ismail, S.Si., MP., Kepala BPOM Provinsi NTT, dalam sambutannya, mengatakan bahwa ada banyak produk yang diproduksi secara massal. Menurut Kepala BPOM NTT yang pernah menjabat sebagai Kepala Loka POM di Ende pada tahun 2018 sampai tahun 2021, produksi secara massal itu memungkinkan adanya produk yang buruk atau tidak sesuai dengan kesehatan.
“BPOM tidak mungkin mengawasi semuanya itu sendirian. Kita perlu bersinergi dengan banyak pihak, termasuk dengan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, BPOM juga sudah bekerja sama dengan DIKTI untuk membuat MoU dengan banyak Perguruan Tinggi di NTT. Apalagi hal ini berkaitan dengan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam hal ini, kita juga berusaha untuk membantu pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di era MBKM, supaya mahasiswa/i bisa belajar lebih bebas dan lebih banyak. Dengan demikian, mahasiswa/i dapat menjadi entrepreneur dan pegawai lapangan yang baik untuk melakukan sosialisasi terhadap makanan, obat-obatan, dan sejenisnya di tengah masyarakat,” ungkap Tamran yang meraih gelar Sarjana di UNWIRA pada tahun 2005.
Apalagi, menurut alumnus Institut Pertanian Bogor itu, Gubernur juga mengharapkan agar kita bisa mengekspor banyak produk lokal atau herbal karena bahan kimia yang digunakan selama ini selalu memiliki efek, walaupun ada yang memiliki efek besar dan ada yang sedikit. Oleh karena itu, tambah alumnus IPB tahun 2009 itu, BPOM mengusahakan untuk mengajak masyarakat NTT supaya mengguanakan produk lokal atau herbal.
“Mungkin UNWIRA memiliki produk-produk herbal yang perlu diekspor, BPOM akan bantu untuk membuat legalisasi,” ujar peraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun itu.
Selain itu, Kepala BPOM NTT yang lahir di Ende pada tahun 1973 itu mengatakan bahwa mahasiswa/i UNWIRA yang magang di BPOM selama ini sangat membantu BPOM Provinsi NTT.
“Terima kasih untuk program magang itu. Anak-anak magang telah membantu kami untuk menyelesaikan pekerjaan yang banyak di kantor. Dengan adanya anak-anak magang, pekerjaan bisa cepat selesai. Namun, selama ini, hanya FMIPA yang mengirimkan anak-anak magangnya. Kami juga berharap agar prodi-prodi lain bisa mengirimkan anak-anak magang ke kami. Sebab, mereka adalah kader-kader masa depan. Kalau kita sudah menyelesaikan tugas, mereka nantinya yang akan melanjutkan pekerjaan kita. Jadi, kita harus bantu mereka sejak sekarang,” pungkas Kepala BPOM NTT yang sudah menjabat sejak 17 Februari 2021 itu.