15 February 2022 - Oleh Administrator

Kategori : INFO KAMPUS

Program Studi Arsitektur Unwira Adakan Seminar Nasional Online VISTA #3


Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (Unwira) mengadakan Seminar Nasional Online VISTA #3 pada Senin, (14/02/2022). Untuk diketahui, VISTA adalah akronim dari Vernacular, Inovasi, Sustainable, Transformasi, Arsitektur. Hadir sebagai keynote speaker sekaligus pembicara pertama adalah Dr. Asrul Mahjuddin R. (Deputy Dean Research and Development) Faculty of Built Environment University of Malaya. Pembicara kedua adalah Ir. Robert Rayawulan, MT, dosen senior Prodi Arsitektur Unwira. Seminar yang berlangsung secara daring dan luring ini dimoderatori oleh Reginaldo Christophori Lake, dosen pada prodi Arsitektur Unwira.

Seminar Nasional yang bertajuk Kota Tangguh ini dibuka secara resmi oleh Rektor Unwira, P. Dr. Philipus Tule, SVD. Dalam kata sambutannya, sebagai pimpinan Universitas, Pater Philipus sangat mengapresiasi dengan inisiatif dari Prodi Arsitektur Unwira yang menyelenggarakan Seminar Nasional VISTA 3 ini. Saya berbangga dan mengapresiasi karena Prodi Arsitektur Unwira dapat menyelenggarakan dan sebagai host untuk seminar nasional online VISTA #3 dengan tema Kota Tangguh, katanya.

Lebih lanjut, pakar Islamologi ini menegaskan bahwa kegiatan ini turut menginspirasi Unwira untuk terus bergerak maju dan berinovasi demi sebuah kemajuan yang lebih baik. Menurut Pater Philipus, membicarakan kota tangguh berarti pula memanfaatkan paradigma antroposentris dan ekologis dalam penataan dan pengelolaan kota dan kawasan kita yang lebih alamiah dan kontekstual. Melalui diskusi penting ini, kita hendak mengembangkan arsitektur berkelanjutan yang selaras alam dan budaya, tegasnya.

Sebagai pemateri utama, yang membawakan makalah dengan judul Kota dalam Tantangan Perubahan Iklim dan Kebencanan, Dr. Asrul Mahjuddin mengemukakan bahwa masalah utama kota-kota di dunia dan di mana saja termasuk di Malaysia dan Indonesia adalah aspek sociality dari Kota tersebut. Ilmuwan tata kota dari Universitas Malaya Malasyia ini menjelaskan, modernitas telah membius banyak orang untuk hanya melihat kemodernan sebuah kota dari aspek fisiknya, tetapi lupa bahwa kota yang baik dan tangguh adalah yang memperhatikan aspek sosialnya. Dia melanjutkan, untuk menjadi kota yang tangguh dan matang, harus didahului dengan perencanaan yang matang pula. Mesti didesain dengan baik, entah jalan, rumah, transportasi dan bangunan-bangunan megah.

Sebagai seorang peneliti, Dr. Asrul melihat bahwa saat ini dan ke depan, masalah paling krusial setiap kota ialah aspek sociality-nya. Ilmuwan negeri Jiran ini lalu memberi contoh pada kota Putrajaya, Malaysia. Dari aspek pembangunan fisik, Kota Putrajaya adalah kota modern yang sangat indah, bersih, dan bahkan sustainable. Tetapi sayangnya kota ini hanya dinikmati oleh kaum elit. Akibatnya adalah di kota ini tidak terlihat hubungan sosial antar penghuninya. Kotanya menjadi kering dan mati secara sosial. Padahal aspek manusia dan interaksi penduduk kota adalah kunci sebuah peradaban yang baik. Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa 3 aspek penting yang harus diperhatikan dalam sebuah kota adalah lingkungan, masyarakat dan ekonomi. Masyarakat harus dapat saling berinteraksi dan bersosialisasi dalam hidup setiap hari, sambil tetap mendukung kehidupan ekonomi dan lingkungan sekitar, jelasnya.

Dr. Asrul lalu merekomendasikan agar dalam membangun sebuah kota tangguh, para pemangku kepentingan harus melihat bahwa sesungguhnya membangun kota itu, bukan hanya

domainnya para ahli perkotaan dan politisi atau penguasa, melainkan persoalan keterlibatan masyarakat penggunanya. Masyarakat pengguna harus diperhatikan lebih utama dan pertama, teristimewa bagaimana membangun hubungan sosial di antara yang satu dengan yang  lainnya.

Masyarakat dalam kota tersebut adalah subjek utama perencanan kota. Artinya, sebuah kota yang tangguh harus dibangun dengan mengandalkan pemahaman orang setempat dan bukan sebuah ajang pertaruhan berbagai teori tentang kota. Karena itu, unsur manusia, pengguna sangat penting dalam membangun sebuah kota tangguh, katanya.  

Pembicara lainnya, Ir. Robertus M. Rayawulan, MT, dengan tema Kota dalam Tantangan Perubahan Alam dan Kebencanaan di NTT juga memberikan beberapa pandangan menarik. Menurut pakar Tata ruang ini, tema tata ruang selalu menarik dan tidak pernah selesai. Tugas kita sebagai profesional adalah semaksimal mempengaruhi keputusan politik untuk bonum commune (kebaikan bersama). Dan apapun kebijakan kota, harus tertuang dalam rencana tata kota sebagai produk politik, katanya.

Menurut dosen senior Prodi Arsitektur Unwira ini, untuk membangun kota secara komprehensif para ilmuwan tata ruang harus memaknainya dalam tindakan profesional. Sebab tata ruang hanyalah kebijakan hulu. Para arsitek hadir untuk mengisi ruang itu dengan keterlibatannya secara profesional. Sehingga dalam pandangan Rayawulan, ruang kota sesungguhnya tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga sosial sehingga harus dimanfaatkan secara bijak.