14 June 2025 - Oleh Kantor Kerjasama

Kategori : Kegiatan Khusus Kampus

UNWIRA Raih Dua Rekor MURI


UNWIRA - Universitas Katolik Widya Mandira mencatat sejarah dengan berhasil meraih dua penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk Paduan Suara menyanyikan lagu “Tanah Tumpah Darahku” karya C. Simanjuntak dalam 15 variasi yang diaransemen oleh Drs. Petrus Riki Tukan (Pendiri Program Studi Musik UNWIRA), dan Pagelaran Tari Ja’i oleh penari terbanyak. Acara ini berlangsung pada Sabtu (14/06/2025), di Alun-Alun Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan ini mengusung tema besar “UNWIRA Merawat Nasionalisme Berasas Pancasila Melalui Nyanyi dan Tari”, dan diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025, ulang tahun ke-150 Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD), dan Dies Natalis ke-43 UNWIRA, serta sebagai bentuk apresiasi atas terbitnya buku “Tafsir Karya-Karya Bung Karno” selama masa pengasingan di Ende, karya P. Dr. Philipus Tule, SVD.

Baca Juga: Wujudkan Kepedulian Terhadap Lingkungan, Prodi Akuntansi Bersihkan Tiga Pantai

Direktur Operasional MURI, Yusuf Nabri, hadir langsung untuk menyerahkan piagam penghargaan dan mengapresiasi pencapaian luar biasa tersebut.

Dalam paduan suara akbar yang melibatkan lebih dari 2.000 peserta, termasuk mahasiswa UNWIRA, pelajar SMA/SMK, Pemuda lintas agama, dan WKRI, para peserta menyanyikan lagu dalam formasi berbentuk burung Garuda. Sementara kegiatan Tarian Ja'i Massal melibatkan hingga 5.000 orang penari dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari Civitas Academica UNWIRA, Ikatan Keluarga Besar Ngada (IKADA), Ikatan Keluarga Besar Nagekeo (IKEBANA), hingga ribuan CPNS Pemprov NTT.

Baca Juga: Fakultas Hukum UNWIRA Gelar Seminar Internasional Bahas TPPO

Gubernur NTT, melalui Kepala Dinas Sosial dan PLT Asisten 1 Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Drs. Kanisius H. M. Mau, M.Si., menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif UNWIRA menyelenggarakan kegiatan ini yang menurutnya merupakan upaya untuk terus menjaga kebangsaan dalam bingkai budaya lokal dan nilai luhur pancasila.

“Pancasila sebagai dasar negara Indonesia bukan hanya sebagai ideologi, tetapi juga pedoman hidup yang mengakar dalam kebudayaan bangsa. Salah satu cara merawat dan menginternalisasi nilai nasionalisme berasaskan Pancasila, yakni melalui seni nyanyi dan tari,” jelasnya.

Kedua bentuk seni ini, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air, persatuan, dan penghargaan kepada keberagaman yang sejalan dengan butir-butir Pancasila.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi kontribusi nyata Perguruan Tinggi dalam membentuk karakter generasi muda yang nasionalis, toleran, dan berbudaya di tengah tantangan globalisasi dan arus budaya luar.

Carles, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam kegiatan ini menjadi bentuk nyata pelestarian budaya yang mengakar kuat di masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Menurutnya, kolaborasi ini menjadi cara yang efektif untuk membangkitkan kembali semangat kebudayaan. Ia juga menekankan bahwa keikutsertaan dalam kegiatan ini sangat bermakna karena memberikan pengalaman belajar tentang kerja sama, solidaritas, dan nilai-nilai budaya yang tidak selalu ditemukan di ruang kuliah.

Senada dengan itu, Paul Ragat, perwakilan Ikatan Keluarga Besar Nagekeo, menilai kegiatan ini lebih dari sekadar pemecahan rekor MURI, tetapi tentang kebersamaan dan semangat budaya. Ia ikut merasa bangga karena UNWIRA resmi mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai penyelenggara tarian Ja’i dengan jumlah peserta terbanyak.

Baca Juga: Mahasiswa UNWIRA Gagas Program Penguatan Kelembagaan Karang Taruna di Desa Olaia

Tidak hanya itu, Paul mengaku merasakan kegembiraan pribadi karena kegiatan ini menjadi ajang penyegaran dari rutinitas kerja.

“Saya merasa senang bisa berkumpul bersama banyak orang dari berbagai latar belakang, terutama para mahasiswa, dalam suasana yang penuh semangat dan kehangatan,” ungkapnya.

Ia menilai UNWIRA telah memberi warna baru bagi masyarakat Kota Kupang melalui acara tersebut.

Kegiatan ini turut didukung oleh berbagai pihak, termasuk Alumni UNWIRA, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Jakarta, Forkopimda Provinsi NTT, Lanudal Kupang, Polresta Kupang Kota, para tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

(Penulis: Ignasia Masang; Editor: Yosefa Saru)